TANJUNG SELOR - Pemerintah Arab Saudi kembali membuka kesempatan Haji bagi seluruh dunia. Informasinya, Indonesia mendapatkan jatah 50 persen dari kuota sebelumnya 220 ribu. Artinya, Indonesia mendapatkan kuota sebesar 110 ribu.
Dikonfirmasi, Kepala Kantor Wilayah (Kanwil) Kementerian Agama (Kemenag) Kaltara, Saifi mengungkapkan, kuota Indonesia sebesar 110 ribu itu, terdiri dari jamaah haji reguler dan khusus. Jamaah haji khusus sendiri sekitar 8 sampai 9 ribu. Diharapkan, tahun 2022 ini tidak ada penundaan Ibadah Haji. Apalagi, sejak 2020 lalu tidak ada keberangkatan haji dari Indonesia.
"Alhamdulillah, informasi yang kita dapat seperti itu. Dan kita akan berkoordinasi terkait kuota Kaltara," ungkapnya, Selasa (19/4).
Kuota Kaltara, jika dilihat di tahun sebelumnya sebanyak 415 orang. Jika menerapkan 50 persen, hanya 207 orang saja yang bisa diberangkatkan. Namun begitu, pihaknya masih menunggu kriteria jamaah yang diberangkatkan. Informasinya, ada pemberitahuan bahwa mereka yang berangkat usia di bawah 60 tahun tidak diizinkan berangkat haji selama pandemi ini.
"Makanya kita sampai hari ini menunggu tertulisnya dulu. Begitu juga dengan bagaimana jika suami istri. Suami usia 66 tahun istrinya 55 tahun. Pasti mereka terpisah, dan ini harus kita pikirkan. Sementara perempuan naik haji harus ada mahrom pendamping yaitu suaminya," jelasnya.
Harus dipikirkan solusinya sejak dini. Untuk itu Kemenag Kaltara masih menunggu informasinya terbaru. Bahkan masyarakat juga diminta menunggu dan bersabar sampai persoalan dan syaratnya selesai dibahas oleh pusat.
"Nanti pusat yang menyampaikan ketentuan yang berlaku tahun ini," Kata dia. Jika sudah ada keputusan dari pusat, pihaknya melalui bidang haji, pada dasarnya siap. Data juga sudah ada, bahkan telah menumpuk selama dua. Terdapat puluhan ribu orang yang menanti. Apalagi, jika melihat waktunya, jelas perlu dikejar.
"Waktunya sudah makin mepet. Berangkat Juni itu sudah. Manasik harusnya sebelum puasa. Tapi kita tetap imut arahan pusat. Karena jika sudah manasik, ternyata gagal berangkat, beban psikologisnya itu untuk orang tua kita para calon jamaah," ujarnya. (fai)