KEMENTERIAN Kesehatan (Kemenkes) mendata ada 5 anak yang meninggal dunia, akibat penyakit Hepatitis Akut.
Mengantisipasi masuknya penyakit tersebut, Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Kaltara akan melakukan monitoring. Ketua IDAI Kaltara dr Franky Sientoro mengaku akan terus melakukan monitoring kasus Hepatitis Akut di Kaltara. Terlebih pihaknya merekomendasikan anak yang bersekolah untuk belajar di rumah.
Mesti penularan Hepatitis Akut yang tidak seagresif Covid-19. “Status Hepatitis Akut juga bukan pandemi. Ya harus dijaga saja kebersihannya, penyebab Hepatitis Akut belum diketahui dan belum adaa obatnya,” ujarnya, Jumat lalu (13/5).
Menurut dia, penyakit Hepatitis Akut dapat menyerang anak di bawah 16 tahun. Hepatitis merupakan infeksi peradangan di sel hepar atau yang biasa dikenal dengan liver.
“Penularannya masih diselidiki, sempat dikira berkaitan dengan vaksin. Tapi kesimpulan dari WHO, ini tidak berkaitan dengan vaksin,” ungkapnya.
Adapun gejala Hepatitis Akut, seperti angguan pada saluran cerna yang membuat anak menderita demam, radang, muntah, diare, mencret hingga kejang.Jika menemukan kasus tersebut,pihaknya akan melakukan pemeriksaan pada gangguan fungsi liver anak.
Selain itu, penularan Hepatitis Akut dapat terjadi saat makan. Sehingga kebersihan makanan dan sanitasi diri menjadi hal penting diperhatikan. Menanggapi ini, Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan (Dinkes) Kaltara Agust Suwandy memastikan belum menemukan penyakit itu di Kaltara.
Namun, telah mengirimkan surat kepada Dinkes kabupaten/kota untuk melakukan pemantauan dan pengamatan. Jika ditemukan adanya tanda-tanda yang mengarah pada Hepatitis Akut.
“Kami punya sistem informasi untuk pelaporan kasus-kasus yang berpotensi KLB (Kejadian Luar Biasa). Namanya SKDR (Sistem Kewaspadaan Dini dan Respon), jadi ada alur-alur pelaporannya,” tuturnya.
Adapun kasus yang berpotensi KLB, diantaranya campak, keracunan, polio termasuk hepatitis dapat langsung dilaporkan. Melalui SKDR ini seluruh laporan yang diterima akan langsung terhubung dengan Kemenkes.
Misalnya, adanya satu anak yang dicurigai menderita Hepatitis Akut. Maka akan dilaporkan ke SKDR. Dalam waktu maksimal 3x24 jam akan dilakukan penyelidikan oleh tim teknis. Dalam hal ini dilakukan Dinkes maupun fasilitas kesehatan setempat.
Dikatakan Agust, akan dilakukan pengambilan sampel untuk dilakukan pemeriksaan laboratorium. Jika sampel yang diuji mengarah ke arah yang lebih kuat. Maka akan melanjutkan uji sampel ke laboratorium yang telah ditunjuk Kemenkes. Terdapat beberapa jenis Hepatitis, yakni akut dan kronis. Biasanya, Hepatitis Akut bersifat ringan dan menjadi kasus biasa.
“Ini menjadi kecurigaan kenapa kok bisa jadi kasus kematian. Padahal selama ini Hepatitis Akut itu biasa saja. Berbeda Hepatitis Kronis, yang penularannya lewat darah dan hubungan seksual. Sehingga pengobatannya dalam jangka waktu lama,” tutupnya. (sas/uno)