Pecahan Rp 100 Ribu Diduga Palsu

- Jumat, 27 Mei 2022 | 19:59 WIB
UPAL: Warga memegang uang yang diduga palsu saat di Jalan KH Dewantara, Kelurahan Karang Balik, Tarakan Tengah, Kamis (26/5).
UPAL: Warga memegang uang yang diduga palsu saat di Jalan KH Dewantara, Kelurahan Karang Balik, Tarakan Tengah, Kamis (26/5).

TARAKAN - Selembar uang mirip pecahan Rp 100 ribu diduga uang palsu ditemukan beredar di Kota Tarakan, Kamis (26/5). 

Uang palsu tersebut ditemukan salah seorang pemilik toko grosir di Jalan KH Dewantara, Kelurahan Karang Balik, Tarakan Tengah. Pemilik Toko, Erwin mengaku, temuan uang palsu pecahan Rp 100 ribu dibelanjakan oleh orang yang tidak dikenal di tokonya, pada Senin lalu (23/5). 

“Bukan saya yang terima, tapi adik saya waktu itu. Mungkin juga cepat-cepat karena banyak pembeli jadi tidak sadar kalau itu palsu,” ucapnya. 

Ia bersama keluarganya baru mengetahui saat akan menghitung ulang uang pendapatan. Ada perbedaan mencolok uang Rp 100 ribu tersebut, dengan uang pecahan Rp 100 ribu lainnya saat dihitung.

Erwin sampai saat ini belum sempat mengecek CCTV, karena memang belum ada waktu. Apalagi saat itu, sudah banyak orang yang masuk membeli barang. Ia mengakui tidak akan melaporkan ke pihak kepolisian dan mengikhlaskan barang senilai Rp 100 ribu yang dijualkan melayang.

“Tak lapor polisi relakan saja. Kalau cuma Rp 100 ribu tak mungkin. Kalau untuk palsunya, ya belajar dari ini hati-hati saja lagi. Kalau tak pakai mesin, ya bisa secara manual,” tuturnya.

Menurutnya, selama 32 tahun berdirinya toko, pernah menerima uang serupa diduga palsu. Saat ini, uang diduga palsu tersebut disimpannya. Ia mempersilakan Bank Indonesia jika ingin melakukan pengecekan uang yang diduga palsu itu. Sejumlah warga yang kebetulan sedang berbelanja di toko tersebut, antusias untuk memegang uang pecahan Rp 100 ribu diduga palsu. Mereka ingin merasakan sendiri bagaimana bentuk uang diduga palsu tersebut. 

Seperti diakui Eka, perempuan yang kesehariannya berjualan di kios miliknya di Kelurahan Kampung Empat ini. Saat diminta membedakan pecahan uang diduga palsu tersebut, ia meyakini uang itu memang palsu. Alasannya, karena dirinya terbiasa sehari-hari berkutat menerima uang pecahan Rp 100 ribu, Rp 50 ribu. Sehingga bisa membedakan ketika menerima uang diduga palsu dari pembelinya. 

“Kalau saya yang paling utama itu lihat benang emasnya. Kalau benang emasnya saya pegang juga,” ungkapnya.

Ia mencoba membandingkan dengan uang pecahan Rp 100 ribuan asli miliknya. Memang setelah dicek, perbedaannya secara kasat mata tidak terlihat. Namun saat diraba, tampak benang pengaman atau benang emas yang familiar dikenal oleh warga sudah berbeda. 

Jika di uang pecahan asli saat diraba terasa timbul. Pada uang pecahan palsu Rp 100 ribu tidak timbul. Alias hanya terlihat seperti diprint biasa. Dari sisi warna dan garis ukuran pecahan kertasnya. Menurutnya bagi orang tua yang sulit membedakan pasti bisa dikelabui.

“Kalau seperti kami kasat mata memegang saya bisa bedakan. Kalau lihat saja, saya lihat benang emasnya. Dari dulu kan saya penjual, selalunya terima uang seperti itu, benang emasnya jelas,” ungkap Eka.

Ia mengakui sebelum-sebelumnya tidak pernah mengalami atau menerima uang palsu. Dengan kasus ini, menjadi pembelajaran sebagai penjual harus benar-benar jeli menerima uang dari pembeli. 

Apalagi penjual kios-kios kecil yang tidak memiliki alat mesin pengecek uang asli atau palsu. “Belum pernah dapat uang palsu. Setelah pegang ini, saya terbantulah, bersyukur jadi tahu bisa bedakan. Harus betul-betul jeli, begitu juga uang Rp 50 ribu,” pungkasnya. (sas/uno)

Editor: uki-Berau Post

Tags

Rekomendasi

Terkini

Pemkab Nunukan Buka 1.300 Formasi untuk Calon ASN

Kamis, 18 April 2024 | 12:44 WIB

Angka Pelanggaran Lalu Lintas di Tarakan Meningkat

Kamis, 18 April 2024 | 11:10 WIB
X