Jadi Pembicara di Forum WEF 2002

- Jumat, 27 Mei 2022 | 22:24 WIB
Menteri Perdagangan RI, Muhammad Lutfi menjadi pembicara pada diskusi panel yang disponsori Channel News Asia (CNA) dari Singapura bertema Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP) pada penyelenggaraan World Economic Forum (WEF) 2022 di Davos, Swiss, Kamis (26 Mei 2022).
Menteri Perdagangan RI, Muhammad Lutfi menjadi pembicara pada diskusi panel yang disponsori Channel News Asia (CNA) dari Singapura bertema Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP) pada penyelenggaraan World Economic Forum (WEF) 2022 di Davos, Swiss, Kamis (26 Mei 2022).

Davos,  27 Mei 2022 –  Menteri Perdagangan (Mendag) Muhammad Lutfi menyoroti tingginya inflasi yang tengah melanda dunia. Dia berharap Regional Comprehensive Economic Partnership(RCEP) benar-benar bisa menjadi solusi nyata.  Hal itu disampaikan Mendag dalam  salah  satu  panel  diskusi   yang  disponsori  Channel News  Asia  (CNA)  dari Singapura  bertema “The  Biggest  Trade  Deal  in  the  World”.

 

Kondisi   tersebut   diakibatkan   khususnya   oleh hambatan   perdagangan   dunia   yang   disebabkan proteksionisme  dan  perang  dagang,  serta  tidak  berfungsinya  Organisasi  Perdagangan  Dunia  (WTO) sebagaimana mestinya.

 

“Ketika  negara-negara  yang  sudah  maju  menerapkan  standar  ganda, WTO justru tidak berkutik,”tegas Mendag Lutfi.  

 

Cukup  mengejutkan  panelis  lainnya,  Mendag  Lutfi  justru  mengatakan,“Tingginya  harga  komoditas dunia saat ini adalah peluang bagi para petani di negara-negara berkembang besar seperti Indonesia, India, Brasil  dan Tiongkok untuk   menikmati   keuntungan   lebih.   Ini   ekuilibrium   baru   dalam perdagangan  komoditas  pangan  dunia.  Jangan  dirusak  dengan  menyalahkan  salah  satu  negara misalnya Tiongkok karena  posisi  dagang  yang  kurang  menguntungkan.  Bahaya  kalau  beberapa negara maju berkelompok untuk membenarkan standar ganda.

 

”Hal   yang   dimaksud   standar   ganda   oleh   Mendag   Lutfi  adalah   negara-negara   yang   sudah  maju menyalahkan  dan  mengganggu  perdagangan  bebas  dunia,  ketika  mereka  kurang  diuntungkan  posisi dagangnya terhadap suatu negara tertentu,misalnya Tiongkok.

 

Padahal, dahulu ketika posisi dagang mereka diuntungkan sehingga petani di Amerika Serikat, Eropa, dan Jepang makmur, semua negara berkembang dipaksa membuka pasar mereka.

 

“Harus  ada  kebersamaan  dan  kesetaraan  kesempatan  dalam  perdagangan  bebas  dunia,” kata Mendag Lutfi.

 

Halaman:

Editor: uki-Berau Post

Tags

Rekomendasi

Terkini

Transaksi SPKLU Naik Lima Kali Lipat

Jumat, 19 April 2024 | 10:45 WIB

Pusat Data Tingkatkan Permintaan Kawasan Industri

Jumat, 19 April 2024 | 09:55 WIB

Suzuki Indonesia Recall 448 Unit Jimny 3-Door

Jumat, 19 April 2024 | 08:49 WIB

Libur Idulfitri Dongkrak Kinerja Kafe-Restoran

Kamis, 18 April 2024 | 10:30 WIB

Harga CPO Naik Ikut Mengerek Sawit

Kamis, 18 April 2024 | 07:55 WIB
X