KEPITING Bakau merupakan salah satu komoditi yang dikembangkan di Kabupaten Bulungan. Desa Ardi Mulyo, Kecamatan Tanjung Palas Utara yang didorong untuk pengembangan Kepiting Bakau tersebut.
Kepala Desa Ardi Mulyo, Tri Mukadi mengatakan, pengembangan bibit Kepiting Bakau hanya upaya penggemukan, dengan waktu kurang lebih 15 hari. Jika berhasil, produksi bisa 10 kali lipat. Harganya pun, menyesuaikan ukuran kepiting.
“Harga jual tertinggi sempat mencapai Rp 900 ribu per kilogram. Namun sementara Ardi Mulyo belum bisa mencapai itu,” ucapnya, Minggu (12/6).
Ada dua demplot yang dikembangkan di Desa Ardi Mulyo. Jika dimaksimalkan, maka bisa sampai 100 kilogram bibit yang bisa digemukkan. “Awalnya kita sempat mendapati harga anjlok, meskipun produksinya bagus. Itu jadi evaluasi kita kembali,” kata dia.
Sementara itu, Direktur Perkumpulan Lingkar Hutan Lestari (PLHL) Wastaman mengatakan, selain pendampingan penggemukan kepiting, juga melakukan pelatihan pembuatan produk desa dari buah mangrove. Pengembangan program ini mendukung agenda Bulungan, yang saat ini mendorong desa mengimplementasikan Transfer Anggaran Berbasis Ekologi (TAKE).
“Ada beberapa desa yang kita lakukan pendampingan, termasuk diantaranya program Perhutanan Sosial,” ujarnya.
Pada kesempatan itu, Bupati Bulungan Syarwani mengungkapkan, dua demplot yang dikembangkan desa diharapkan bisa ditambah. Bisa melalui Dinas Kelautan dan Perikanan, dengan harapan produksi kepiting di desa yang memiliki wisata mangrove ini lebih meningkat.
Potensi Kepiting Bakau bisa berkembang dan berdampak pada perekonomian desa. Masyarakat yang datang untuk berwisata di mangrove, bisa melihat potensi budidaya Kepiting Bakau.
“Saya berharap ada tambahan demplot, misal dari Dinas Kelautan dan Perikanan. Termasuk menambah fasilitas penunjang lainnya,” harap Syarwani.
Bupati akan meminta Sekkab Bulungan Risdianto bersama Bappeda dan Litbang, untuk bisa memfasilitasi dalam forum CSR. (fai/uno)