Rerata Akibat Korsleting Listrik

- Senin, 25 Juli 2022 | 21:13 WIB
BERJIBAKU: Petugas pemadam kebakaran Tarakan dibantu masyarakat berusaha memadamkan api yang menghanguskan bangunan.
BERJIBAKU: Petugas pemadam kebakaran Tarakan dibantu masyarakat berusaha memadamkan api yang menghanguskan bangunan.

TARAKAN - Sejak awal Januari 2022 hingga sekarang, tercatat ada 26 kejadian kebakaran. Rinciannya, 10 kebakaran bangunan atau gedung, 11 kebakaran lahan dan 5 kejadian kebakaran diakibatkan karena kompor dan reaksi kimia.

“Kalau dipersentase sebenarnya, 60 persen diakibatkan karena korsleting listrik. Sebanyak 30 persen karena alat masak dan 10 persen diakibatkan reaksi kimia. Itu terjadi disalah satu laboratorium di sekolah,” tegas Kabid PMK pada Satpol PP Tarakan, Eko Santoso, Minggu (24/7).

Penyebab kebakaran karena korsleting listrik seringkali tidak dapat ditanggulangi sejak awal kebakaran. Artinya, masyarakat kurang mengerti dan memahami penanggulangan kebakaran.

Indikasi lain juga, masyarakat atau korban kebakaran dianggap lalai. Salah satunya saat akan memasak dan masyarakat meninggalkan aktivitas memasak tersebut. “Padahal lagi memasak lalu ditinggal. Karena memasak ditinggal atau lupa, akhirnya terjadilah kebakaran. Ini salah satu kelalaian,” ungkapnya. 

Adanya unsur sabotase dan mengakibatkan kebakaran harus diantisipasi. Pihaknya berharap, perlu ada peningkatan kapasitas dan pemberdayaan untuk melatih masyarakat dalam penanggulangan kebakaran.

Ia menjelaskan, fungsi manajemen terkait penanganan kebakaran harus berjalan. Mulai dari pra kondisi kedaruratan yang juga mengajarkan pengembangan kapasitas. Hal tersebut, akan memberikan wawasan secara konseptual, teori dan keterampilan. “Jadi masyarakat juga bisa menjadi petugas pemadam,” tuturnya.

Dalam kondisi kedaruratan, lanjut Eko, standar penyelamatan harus dipahami. Mulai dari penanganan awal yang dilakukan saat terjadi kebakaran. Salah satunya, masyarakat tidak usah panik dan mengambil langkah pemadaman yang benar.

Adalagi tindakan pasca kedaruratan. Yakni melakukan evaluasi atas tindakan penanganan kebakaran yang sudah dilakukan. Hal ini juga dianggap penting, agar manajemen mitigasi kebakaran bisa menjadi kompetensi bagi masyarakat.

“Tentunya juga bisa mengurangi risiko terhadap dampak yang ditimbulkan, karena kejadian kebakaran itu sendiri. Masyarakat memiliki kesiapsiagaan dan kesigapan memadamkan api yang masih kecil secara mandiri. Sehingga, api tidak berdampak menjalar dan menjadi api yang besar. Jika api makin membesar, masyarakat diimbau memanggil petugas pemadam kebakaran,” harapnya. (sas/uno)

Editor: uki-Berau Post

Tags

Rekomendasi

Terkini

Ini Dia Delapan Aksi Konvergensi Tekan Stunting

Kamis, 25 April 2024 | 12:30 WIB

Dewan Negara Malaysia Kagum Perkembangan Krayan

Kamis, 25 April 2024 | 09:30 WIB

Gubernur Kaltara Sebut Arus Mudik-Balik Terkendali

Selasa, 23 April 2024 | 11:15 WIB

PLBN Sei Menggaris Segera Operasional

Sabtu, 20 April 2024 | 15:30 WIB

Pemkab Bulungan Beri Keringanan BPHTB

Sabtu, 20 April 2024 | 11:50 WIB

Di Bulungan, 400 Ha Lahan Ludes Terbakar

Sabtu, 20 April 2024 | 10:28 WIB

KMP Manta Rute KTT-Tarakan Kembali Beroperasi

Sabtu, 20 April 2024 | 10:01 WIB
X