TARAKAN - Badan Narkotika Nasional Provinsi (BNNP) Kaltara menegaskan pengungkapan sabu sebenarnya seperti teori gunung es. Dalam arti, mesti jumlah pengungkapan berjumlah besar, namun bisa saja dibawahnya sebenarnya lebih banyak lagi. Dalam hal pemberantasan narkoba ini, semakin banyak pengungkapan sabu tidak menjamin wilayah tersebut akan bebas dari narkoba.
"Tapi kalau tidak ada tangkapan, bukan berarti aparatnya tidur. Memang saya mau mencoba mengutamakan pencegahan lebih utama, daripada penangkapan," kata Kepala BNNP Kaltara, Brigjen Pol Rudi Hartono, Kamis (28/7).
Selain itu, sinergitas antar aparat juga diperkuat terutama aparat di wilayah perbatasan dan perairan. Bagaimana memproteksi Kaltara dari semua jalur. Terlebih lagi oknum yang memanfaatkan jalur tidak resmi atau mencoba menyelipkan narkotika di jalur yang resmi.
"Saya mencoba mengkapitalisasi lagi peran perbatasan. Semua kepala daerah saya coba untuk bersama-sama membuat working group lah mencari solusi. Mensinergikan celah-celah bagaimana mengatasi permasalahan narkoba di Kaltara ini," tegasnya.
Dari 5 Kabupaten/Kota di Kaltara, Kota Tarakan bukan merupakan daerah transit dengan pengungkapan terbesar. Namun, tingkat kesulitan wilayah yang diawasi cukup besar. Diperkirakan ada sebanyak 168 pulau kecil tersebar di Kaltara ditambah 5 pintu perbatasan darat, kemudian perbatasan laut di sepanjang 48 derajat lintang utara, hingga ke Manado. Mesti aparat di wilayah perairan, mulai dari Angkatan Laut, Bea Cukai maupun Polisi Perairan dan Udara sudah memiliki program untuk melakukan patroli, namun masyarakat juga harus bekerja sama dalam kegiatan pemberantasan narkotika.
"Modus menyamarkan dengan kegiatan Tenaga Kerja Indonesia (TKI), kegiatan berkaitan perbatasan. Ini jadi kebijakan negara dan daerah yang dimanfaatkan. Padahal pelaksanaan kegiatan sudah formal dan legal. Apalagi Nunukan, di Sebatik batas negara hanya menggunakan jembatan kayu," ungkapnya.
Kaltara dengan luas 75.000 m3 dengan jumlah penduduk sekitar 700.000. Diperkirakan dalam satu kilometer ada 9 orang. Sementara bandar narkotika memanfaatkan orang yang membutuhkan uang untuk direkrut menjadi kurir.
"Kami menggalakkan program rehabilitasi, karena sebanyak-banyaknya menangkap ternyata pengguna semakin banyak juga. Kalau pengguna sedikit, maka permintaan tidak ada dan pemasukan tidak ada. Menyadarkan orang tidak menggunakan narkotika. Ada posko desa bebas narkoba, kami ciptakan agen pemulihan untuk membantu menyembuhkan orang yang sudah terkontaminasi," jelasnya.
Saat ini sudah ada 25 orang agen pemulihan, bekerja sama dengan dokter, tokoh masyarakat maupun Bhabinkamtibmas. Kegiatan pemberdayaan dan pemulihan ini untuk menekan angka pengguna narkotika di wilayah Kaltara. "Kami datangi sekolah, kampus dan kampung-kampung. Mengajak masyarakat memproteksi dirinya sendiri, orang disekitarnya, di sekolahnya dan dikampungnya," imbuhnya.(sas)