Pasien DBD Mayoritas Anak-Anak

- Sabtu, 3 September 2022 | 13:09 WIB
PENANGANAN DBD: Pasien DBD yang rawat inap di RSUD dr H Jusuf SK Tarakan paling banyak merupakan anak-anak.
PENANGANAN DBD: Pasien DBD yang rawat inap di RSUD dr H Jusuf SK Tarakan paling banyak merupakan anak-anak.

TARAKAN - Pasien demam dengue atau demam berdarah (DBD) yang dirawat di RSUD dr H Jusuf SK Tarakan mengalami peningkatan setiap bulan. Hal ini dikarenakan kasus DBD yang naik di masyarakat.

Tercatat sepanjang tahun 2022, berdasarkan data yang dihimpun pada Januari menangani 28 pasien, Februari 19 pasien, Maret 25 pasien, April 46 pasien, Mei 50 pasien, Juni 75 pasien, dan Juli 80 pasien.

“Jadi memang di lapangan faktanya begitu, ada peningkatan kasus dan sebagian besar ini ruang perawatan anak penuh. Mayoritas memang DBD semua,” jelas Kabid Pelayanan Medik RSUD dr H Jusuf SK Yufriadi Yunus, Jumat (2/9).

Mayoritas pasien DBD merupakan anak-anak. Menyusul pasien dewasa, namun dengan jumlah yang tidak terlalu banyak. Gejala yang diwaspadai terhadap anak, yakni gejala kaget atau shock. Gejala tersebut tidak bisa diprediksi. Saat ini masih terdapat pasien yang berasal dari luar Tarakan, melakukan perawatan inap  atas penyakit yang disebabkan nyamuk Aedes Aegypti.

Mesti DBD penyakit endemi, namun perlu diwaspadai dalam hal penularan. Setelah tiga hingga empat hari terserang DBD, sangat besar kemungkinan anak akan mengalami shock. Sebaiknya, anak dengan gejala demam agar cepat dirujuk ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan.

“Sebaiknya memang rawat inap, supaya kami juga bisa terus mengontrol. Paling utama pemberian cairan infus. Banyak yang rawat inap. Tapi ada yang misalnya tidak terdiagnosis DBD, maka tidak dirawat inap,” katanya.

Untuk membuktikan pasien terindikasi gejala DBD, terdapat pengecekan sampel darah khusus. Yufri mrnjelaskan, gejala awal dari DBD ini seperti demam tinggi selama tiga hari disertai influenza serta pemeriksaan trombosit yang cenderung menurun. Ia mengakui, sulit menemukan perbedaan antara DBD dan demam biasa.

“Kalau DBD demam 3 hari, diberi obat tidak membaik dan kondisi anaknya menurun itu bisa ke gejala DBD. Ya agak susah menentukan memang, kalau demam di hari pertama itu. Tapi tak menutup kemungkinan di setiap demam itu ada DBD,” tuturnya.

Ia mengimbau, agar terhindar dari DBD sebaiknya menjaga kebersihan tidak hanya di lingkungan tertentu saja. Misalnya, lingkungan sekitar harus dipastikan bersih dan tidak terdapat genangan air untuk nyamuk berkembang biak.

“Jangan hanya di rumah kita saja, di sekitar rumah juga. Apalagi nyamuk Aedes Aegypti cepat berkembang biak di tempat genangan air,” imbuhnya.

Pencegahan tersebut, harus sama-sama. Baik dari individu, masyarakat lain dan pemerintah daerah. Pemberian Abata pada penampungan air, penyemprotan nyamuk berkala dan semua, harus bersinergi. Untuk menekan angka kasus DBD di Tarakan. (sas/uno)

Editor: uki-Berau Post

Tags

Rekomendasi

Terkini

Pelayanan Pelabuhan di Tarakan Disoroti

Sabtu, 27 April 2024 | 08:55 WIB

Ini Dia Delapan Aksi Konvergensi Tekan Stunting

Kamis, 25 April 2024 | 12:30 WIB

Dewan Negara Malaysia Kagum Perkembangan Krayan

Kamis, 25 April 2024 | 09:30 WIB

Gubernur Kaltara Sebut Arus Mudik-Balik Terkendali

Selasa, 23 April 2024 | 11:15 WIB

PLBN Sei Menggaris Segera Operasional

Sabtu, 20 April 2024 | 15:30 WIB
X