TARAKAN - Enam hari setelah dinyatakan hilang pada 30 Oktober lalu, pencarian terhadap Anca, korban diduga tenggelam telah dihentikan.
Penghentian pencarian korban disepakati bersama pihak keluarga korban dan tim kantor SAR Tarakan. Kepala Kantor Pencarian dan Pertolongan Tarakan Syahril menjelaskan, hingga hari kelima pencarian tidak ditemukannya tanda-tanda keberadaan pria berusia 32 tahun itu lokasi kejadian perkara (LKP).
“Tim SAR gabungan telah berkoordinasi dengan keluarga korban. Dengan tidak adanya tanda-tanda keberadaan korban di LKP, maka masyarakat dan keluarga korban memutuskan untuk menghentikan pencarian,” jelasnya, Minggu (6/11).
Lanjut Syahril, jika ditemukan keberadaan korban maka operasi SAR akan kembali dibuka. Dengan ini tim SAR gabungan yang terdiri dari Rescue Kansar Tarakan, Polairud Polres Tarakan, Senkom Tarakan serta keluarga korban dan masyarakat sekitar memutuskan untuk kembali ke satuan masing-masing.
“Pada 5 November, pukul 16.30 Wita operasi SAR dinyatakan selesai dan diusulkan untuk ditutup. Serta unsur gabungan yang terlibat dikembalikan ke satuannya masing-masing,” tegasnya.
Terpisah, salah seorang warga yang melaporkan kejadian ini ke Kantor SAR Tarakan, Muklis mengatakan, pihak masyarakat dan tim SAR gabungan telah mencari keberadaan korban hingga ke Pulau Bunyu dan Pulau Kepiting, Kabupaten Bulungan.
“Keliling pulau itu, belum ada tanda-tanda juga, kemarin malamnya itu bosnya korban dan tim Basarnas ke rumah keluarganya musyawarah mengenai pencarian. Cuma kata keluarga ya mau diapa kalau tidak didapat. Sedangkan mereka juga sudah tidak bisa membantu biaya operasionalnya,” ujarnya.
Ia mengakui, turut mencari bersama keluarga korban dan masyarakat. Selama empat hari berturut-turut, pihaknya turun langsung membantu pencarian Anca. Selama proses pencarian dari hari pertama merupakan biaya operasional pimpinan tempat bekerja korban.
Lalu dilanjutkan ditanggung biaya keluarga korban selama tiga hari pencarian. “Karena setiap hari itu bisa 6 armada yang digunakan untuk mencari. Jadi agak sulit untuk mencari. Dari hari pertama sampai keempat, bosnya yang ambil andil. Hari keempat baru keluarganya,” jelasnya.
Ia menjelaskan, pada saat kejadian Anca baru saja keluar dari tambak usai bekerja. Namun, di tengah-tengah perjalanan speedboat mengalami kemacetan sehingga harus didayung. Setelah mendapati pondok, Anca beristirahat dengan penjaga tambak lainnya mencari bantuan di luar tambak.
Namun terdapat kapal ikan yang sedang panen. Kemudian menolong speedboat milik Anca. “Kan itu memang besar gelombang, kemudian mereka duduk di atas kapal. Sudah diingatkan sama juragan kapal, untuk duduk di bawah karena besar gelombang. Kemudian mereka turun untuk minum kopi, ada mertua beliau juga. Habis itu masuk wilayah daerah Pulau Tibi itu besar lagi gelombangnya,” ungkapnya.
Mertua Anca sempat mengira korban sudah masuk di dalam kapal. Namun korban malah duduk di atas kapal. “Disitu sudah diingatkan lagi sama juragan, tapi ya mungkin merasa aman di atas dan disitu dia jatuh. Ada keluarganya juga disitu, karena sama-sama bekerja,” tuntasnya. (sas/uno)