TANJUNG SELOR - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kalimantan Utara (Kaltara) mencatat sejak 2015 silam, bencana alam di Kaltara sudah mencapai 1.297 kasus. Jumlah tersebut rekap bencana alam hingga September 2022.
Meskipun dalam datanya, yang berhasil terekap sebanyak 8 kategori bencana. Mulai dari banjir, tanah longsor, karhutla, kebakaran bangunan, gempa bumi, cuaca ekstrem, kejadian yang membahayakan manusia dan tanah longsor.
“Kalau dilihat dari data yang ada, memang tak kita rekap per tahunnya. Namun rekap kita per kabupaten/kota saja. Dan itu sudah sampai September 2022,” terang Kepala BPBD Kaltara Robby Y Hatman, kemarin (13/11).
Dari jumlah bencana yang terjadi di Kaltara, jika dijabarkan mencakup banjir 114 kasus, tanah longsor (220 kasus), karhutla (486 kasus), kebakaran bangunan (250 kasus), gempa bumi (10 kejadian), cuaca ekstrem (133 kasus), kejadian yang membahayakan manusia dan banjir (83 kasus), serta tanah longsor ada 1 kasus.
“Jika melihat data kasus yang ada, daerah dengan total bencana terbanyak terjadi di Nunukan. Dengan total 456 kasus. Untuk bencana tertinggi, masih karhutla yang mendominasi,” ungkapnya.
Di sisi lain, BPBD Kaltara melakukan sejumlah upaya untuk bisa mendata secara detail bencana yang terjadi. Termasuk potensi-potensi bencana alam yang ada di Kaltara.
“Butuh waktu dan proses. Data yang kita rekap saat ini sampai September 2022. Namun rekap itu tidak berhenti sampai di sini. Ini akan terus kita rekap ke depannya,” tuturnya. (fai/uno)
