TANJUNG SELOR - Sejak November 2022 lalu, Pemerintah Provinsi (Pemprov) Kalimantan Utara (Kaltara), sudah menjalin kerja sama dengan Kanada. Namun saat ini kerja sama tersebut belum ditindaklanjuti.
Pengembangan bandara ramah lingkungan di Kaltara atau yang dikenal Green Airport, merupakan program kerja sama antara Pemprov Kaltara dengan Kanada. Kanada melakukan investasi senilai USD 200 juta atau Rp 3 triliun, untuk pengembangan Green Airport.
Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas Perhubungan (Dishub) Kaltara Andi Nasuha mengatakan, masih menunggu arahan Gubernur Kaltara. Mengingat, Gubernur Kaltara masih membahas dan mempelajari kerja sama tersebut sebelum nantinya ditindaklanjuti.
“Green Airport sampai sekarang belum ada kejelasan. Kita menunggu arahan pimpinan,” ujarnya, Selasa (10/1).
Jika kerja sama Rp 3 triliun itu untuk mengembangkan bandara yang sudah ada di Kaltara. Maka otomatis lima bandara di Kaltara akan mengusung konsep Green Airport. Namun, opsi lainnya hanya beberapa bandara yang dipilih untuk dikembangkan menjadi Green Airport dan selebihnya dibangunkan bandara baru.
“Kelima bandara di Kaltara belum bisa dipastikan akan dikembangkan menjadi Green Airport,” ungkapnya.
Menurutnya, adanya investasi itu, bandara yang ada di Kaltara dapat terus dikembangkan. Sebelumnya, Gubernur Kaltara Zainal Arifin Paliwang mengatakan, kemungkinan akan membangun bandara baru di Kaltara. Sebab, dana hibah hasil MoU dengan Kanada cukup untuk membangun bandara baru. Nantinya, bandara tersebut akan berkonsep Green Airport.
“Untuk lokasi yang disepakati berada di Kabupaten Bulungan. Lokasi bandara itu, dipastikan berada di lokasi strategis yang menjangkau antara Kota Tanjung Selor dan daerah kawasan industri di Tanah Kuning - Mangkupadi, Kecamatan Tanjung Palas Timur,” tuturnya.
Sejauh ini, untuk Feasibility Study (FS) dan lokasinya sudah selesai. Pihaknya, benar-benar mencari lokasi yang strategis. Di mana nantinya, bukan bandara saja tapi beberapa fasilitas berupa pabrik, hotel dan sebagainya. (fai/uno)