Mesir benar-benar merupakan negara yang memiliki banyak peninggalan sejarah. Bahkan sejak sebelum zaman Romawi. Salah satu benda peninggalan yang sangat bernilai sejarah, adalah Papyrus (Papirus). Yaitu tanaman sebagai bahan kertas kuno, yang dulu pada zaman Mesir Kuno, sering untuk media melukis maupun menulis.
SUHERIYATNA
PENULIS berkesempatan berkunjung ke Papyrus Institut. Sebuah tempat untuk menyimpan menjual papirus yang autentik, sekaligus sebagai tempat untuk mempelajarinya.
Papyrus atau papirus, merupakan tanaman khas sebagai bahan kertas di zaman Mesir Kuno. Papyrus banyak tumbuh di pinggir Sungai Nil. Di wilayah jazirah Arab, pada masa Nabi Muhammad SAW, tanaman ini selain dimanfaatkan untuk tikar, juga digunakan untuk menulis Al Qur'an serta bahan obat-obatan tradisional.
Sebagai bahan untuk menulis, papirus diolah sedemikian rupa hingga menyerupai kertas, lazimnya berukuran 10×20 centimeter hingga 10×30 centimeter atau bahkan lebih dari 10×50 centimeter.
Namun, ada kepingan yang dicantumkan atau dijahit hingga menghasilkan lembar papirus yang panjangnya 12-30 meter. Papirus merupakan oleh-oleh favorit dari Mesir. Lembaran papirus dengan pemandangan gambar candi dan tokoh-tokoh pharaonic, yang dilukis di atasnya sangat indah dan sering dibuat sovenir.
Namun sayangnya tidak semua papirus di Mesir asli. Seperti di sekitar Museum Kairo banyak sekali yang menjajakan papirus . Ada 10 lembar papirus dijual murah 15 USD. Oleh karena itu, Mesir menyarankan untuk membeli papirus asli di Papyrus Institute.
Papyrus Institute merupakan toko yang disetujui pemerintah Mesir yang menjual papirus otentik. Terletak di Giza sebelah piramida. Orang-orang di toko juga akan memandu Anda melewati seluruh proses pembuatannya.
Menurut penjaga di Papyrus Institut, papirus dibuat dari tangkai tanaman papirus yang memiliki tekstur sangat rapuh (mirip dalamnya batang daun pisang). Bagian penampang tangkai berbentuk segitiga menyerupai bentuk piramida.
Pertama penutup terluar tangkai dihilangkan dan bagian dalamnya dipotong tipis dan dipukul untuk mengeluarkan air.
Strip kemudian direndam dalam air untuk mengurangi kadar gula dari 20 persen menjadi 10 persen. Kemudian disusun secara horisontal dan vertikal saling terkait satu sama lain dalam bentuk jala(tikar) Jala tersebut kemudian ditekan selama 6 hari di bawah tekanan besi berat.
Tikar papirus lantas dibasahi dan ditekan. Hal ini memungkinkan anyaman menjadi bersatu akibat getah lengket yang terkandung di dalamnya.