Cari Korban Tenggelam di Muara Sajau, Terkendala Gelombang Tinggi

- Senin, 13 Maret 2023 | 14:49 WIB
TERKENDALA CUACA: Korban Anni yang diduga tenggelam di perairan Muara Sajau, Kabupaten Bulungan pada 10 Maret lalu belum ditemukan.
TERKENDALA CUACA: Korban Anni yang diduga tenggelam di perairan Muara Sajau, Kabupaten Bulungan pada 10 Maret lalu belum ditemukan.

TARAKAN - Pencarian terhadap korban yang diduga tenggelam di perairan Muara Sajau, Kabupaten Bulungan pada Jumat (10/3) belum membuahkan hasil.

Personel Search and Rescue (SAR) Tarakan pun mengalami kendala saat melakukan pencarian menggunakan alat aqueye. Sebab kondisi gelombang laut yang tinggi, tidak memungkinkan penggunaan alat aquaeye. Kepala Kantor Pencarian dan Pertolongan Tarakan Syahril mengakui, sudah memperluas pencarian dari Last Known Position (LKP) atau posisi terakhir korban.

Saat akan menggunakan alat aquaeye, cuaca maupun arus gelombang di LKP cukup tinggi. Sehingga hanya memungkinkan pencarian secara visual.

“Kendalanya gelombang. Dari data BMKG (Badan Meterologi, Klimatologi dan Geofisika) gelombang setinggi 0,5 meter sampai 1,25 meter,” sebutnya, Minggu (12/3).

Sejauh ini, pihaknya juga belum menemukan tanda-tanda keberadaan korban. Dalam pencarian korban Anni (38), 5 orang personel SAR Tarakan dibantu bersama masyarakat serta keluarga korban. Dengan menggunakan 1 unit Rigid Inflatable Boat (RIB).

“Itu sih relatif (adanya binatang buas). Sebagian besar tidak ada yang menyampaikan seperti itu,” ujarnya.

Sebelumnya, Anni yang merupakan istri nelayan tugu bersama suaminya mencari udang di area tersebut. Tiba-tiba keberadaan korban diduga terjatuh di Muara Sungai Sajau.

“Diduga kejadian ini terjadi sekitar pukul 11.30 Wita. Kami langsung berangkatkan tim dan estimasi waktu tiba ke LKP sekira 17.45 Wita. Waktu tempuh kurang lebih 2 jam,” ungkapnya.

Terpisah, Ketua Kesatuan Nelayan Tradisional Indonesia (KNTI) Rustan mengatakan, menerima laporan dari bos suami korban. Informasi yang diterima, korban awalnya mandi di pondok dekat tugu yang berada di tengah laut. Kondisi pondok memang berdekatan dengan pondok yang lain.

Namun saat kejadian, suami korban berada di pondok yang berbeda. Sehingga tidak mengetahui istrinya yang diduga jatuh karena terpeleset.

“Memang nelayan tugu itu membawa istrinya ke laut. Itu sudah satu mingguan di sana. Pas jatuh itu, kemungkinan arusnya deras. Kalau nelayan tugu terus jatuh di arus yang deras, ya tidak bisa tertolong kalau tidak bisa berenang,” ungkapnya.

Dalam aktivitas melaut, nelayan tugu selalu membawa anak atau istrinya selama beberapa hari untuk mencari udang. Tugu yang ditinggali korban berupa panggung yang didirikan di tengah laut dan terdapat beberapa rumah. Yang berguna untuk meletakkan alat penangkap udang.

“Tugu pun itu tidak hanya satu keluarga. Biasanya memang operasi nelayannya itu pas air jadi. Kalau kondisi air mati tidak bisa,” imbuhnya. (sas/uno)

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Pelayanan Pelabuhan di Tarakan Disoroti

Sabtu, 27 April 2024 | 08:55 WIB

Ini Dia Delapan Aksi Konvergensi Tekan Stunting

Kamis, 25 April 2024 | 12:30 WIB

Dewan Negara Malaysia Kagum Perkembangan Krayan

Kamis, 25 April 2024 | 09:30 WIB

Gubernur Kaltara Sebut Arus Mudik-Balik Terkendali

Selasa, 23 April 2024 | 11:15 WIB

PLBN Sei Menggaris Segera Operasional

Sabtu, 20 April 2024 | 15:30 WIB
X