TARAKAN - Tak hanya Ditpolairud Polda Kaltara, kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan (KSOP) Tarakan dan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Tarakan turut memeriksa anak buah kapal (ABK) KM Bunga Lia.
Kecelakaan laut tersebut kini menyita perhatian, sebab mengorbankan 1 nyawa ABK. Kepala KSOP Tarakan Mukhlis Tohepaly melalui Kasi Keselamatan Berlayar, Penjagaan dan Patroli, Romy Sumardiawan mengatakan, akan mengagendakan pemeriksaan kepada 4 ABK yang selamat.
Bahkan pemilik kapal rencananya turut diperiksa. “Sebenarnya ini KSOP Sungai Nyamuk. Karena mereka kekurangan personel, jadi dilimpahkan ke Tarakan. Ya kami baru mau memanggil (nakhoda dan ABK) minggu ini sebelum bulan puasa,” jelasnya, Jumat (17/3).
Disinggung soal dokumen kapal serta barang ilegal yang hilang, pihaknya tak mengetahui hal tersebut. Saat ini, pihaknya belum mengetahui pasti kondisi terakhir ABK yang sempat menjadi korban tenggelamnya kapal. “Ya terakhir katanya trauma. Kami biarkan dulu,” tegasnya.
Terpisah, Kepala BPOM Tarakan Harianto Baan menjelaskan, kendati banyak produk barang diduga dari Malaysia. Pihaknya akan memastikan hal tersebut. Namun pihaknya meyakini kapal tersebut berlayar dari Sungai Nyamuk, Sebatik menuju Kota Tarakan. Dengan membawa muatan yang mayoritas produk makanan.
“Kami belum bisa komentar, karena kan kita belum cek. Apakah itu produk luar atau dalam negeri,” ucapnya.
Saat inipun ia mengetahui, pemeriksaan terhadap saksi tengah di dalami oleh Ditpolairud Polda Kaltara. Pihaknya pun dengan tegas mendukung proses pendalaman kasus. Jika ditemukan pelanggaran seperti penyelundupan barang ilegal. “Kami siap untuk menyiapkan tenaga ahli. Jikapun diminta oleh penyidik kepolisian, kami akan siapkan,” ungkapnya.
Ia meminta kepada masyarakat, untuk jangan pernah mengedarkan produk yang tak memiliki izin edar. Sebab produk tersebut tidak menjamin adanya keamanan jika dikonsumsi. Menurutnya produk-produk serupa telah diproduksi dan terdapat izin edar yang dikeluarkan oleh Badan POM Indonesia.
Ia menilai, jika membawa produk makanan seperti sosis ataupun makanan olahan hewani lainnya seharusnya terdapat lemari pendingin.
“Harus ada perlakukan khusus kalau untuk sosis. Itu dibutuhkan untuk mencegah pertumbuhan bakteri. Jika diangkut dari Sebatik untuk dikirim ke daerah lain dalam jangka waktu tertentu. Dan tidak menggunakan lemari pendingin, ya sangat besar kemungkinan sudah ada bakterinya,” ungkapnya.
Saat ini produk serupa yang diproduksi di Indonesia telah terdapat cold box guna pengiriman ke wilayah lainnya. Selain mencegah bakteri, hal tersebut dilakukan untuk mempertahankan suhu dari produk makanan selama produksi hingga ke tangan konsumen. (sas/uno)