Kekang Nafsu agar Rukun dan Bersatu

- Kamis, 23 Maret 2023 | 18:32 WIB
PERAYAAN NYEPI: Umat Hindu di Tarakan melaksanakan prosesi ibadah Hari Raya Nyepi Tahun Baru Saka 1945 di Pura Agung Giri Jagat Nata, Selasa (21/3).
PERAYAAN NYEPI: Umat Hindu di Tarakan melaksanakan prosesi ibadah Hari Raya Nyepi Tahun Baru Saka 1945 di Pura Agung Giri Jagat Nata, Selasa (21/3).

TARAKAN - Puluhan umat Hindu nampak khidmat melaksanakan ibadah Hari Raya Nyepi Tahun Baru Saka 1945 di Pura Agung Giri Jagat Nata, Selasa (22/3) malam.

Tahun ini, umat Hindu seluruh Indonesia berharap bisa bersama-sama mewujudkan demokrasi dalam Pemilihan Umum (Pemilu). Ketua Parisada Hindu Dharma Indonesia Kota Tarakan Namatian I Nengah Pariana mengatakan, secara nasional Hari Raya Nyepi tahun ini lebih bisa mewujudkan demokrasi dalam Pemilu.

Maknanya, mengekang nafsu, dengan harapan di Tahun Baru Saka 1945 bisa lebih rukun, bersatu secara kekeluargaan.

“Kami sedikit, tapi bukan berarti tidak ada. Sama seperti yang lain, mudahan lebih terpupuk sama semua dan toleransi dengan agama lain. Mendapat hak sama dengan agama lain. Bisa tetap menjaga kerukunan dan meningkatkan hubungan kami dengan sesama agama lain,” harapnya.

Ia menjelaskan, ibadah Hari Raya Nyepi kali ini kebanyakan umat keluar daerah. Dari sekitar 150 umat Hindu di Tarakan, hanya sekitar 50 yang hadir. Umat Hindu melaksanakan Catur Brata Penyepian, salah satu perayaan Hari Raya Nyepi dan empat pantangan. Empat pantangan meliputi amati karya, amati geni, amati lelungan dan amati lelanguan.

“Rangkaian Hari Raya Nyepi sudah dimulai sejak Minggu dengan upacara Melasti di Pantai Amal. Kegiatan Melasti, merupakan pensucian pembersihan simbl-simbol Tuhan ada di pura,” tuturnya.

Pensucian ke sumber mata air, karena tak ada sumber mata air. Sehingga dilaksanakan di Pantai Amal. Selanjutnya, kegiatan ibadah berlanjut di pura dan para ibu-ibu membuat sesajen serta bapak-bapak menyiapkan segala peralatannya yang dibutuhkan. Untuk kegiatan pada malam, inti kegiatan Nyepi yaitu pembersihan alam.

Rangkaian ibadah di pura dimulai dari pembersihan alam atau Caru Tawur Agung Kesangen. Sehari sebelum Hari Raya Nyepi, dilakukan Mecangu, membersihkan alam dimulai pukul 17.00 Wita. Sarana digunakan beberapa persembahan hewan, ada lima ekor ayam dengan simbol mata angin.

“Kami yakin alam dijaga oleh makhluk di semua penjuru mata angin. Baik itu utara, timur, selatan, barat serta tengah. Sore hari dilaksanakan Mecaru intinya pensucian alam,” ujarnya.

Pensucian diri dilakukan karena dipercaya semua yang hidup pasti ada baik dan buruk, sehingga perlu diperbaiki. Rangkaian selanjutnya persembahyangan bersama. Dengan memohon agar semua kegiatan, makhluk termasuk manusia mendapatkan kebahagiaan dan keharmonisan hidup.

Adapun pakaian yang digunakan rerata menggunakan baju berwarna putih. Simbolkan kesucian, mengharapkan kesucian pada umat Hindu saat menghadap ke Tuhan Yang Maha Kuasa. Kemudian ada beras bernama bije sebagai simbol kemakmuran.

Adapun juga Kalua, kegiatan memercikkan air suci yang digunakan. Dipercikkannya air suci didoakan selalu memiliki pikiran yang baik, bukan pikiran kotor. Sebelum memulai kehidupan besok, ada pembersihan diri dan akan ada Catur Brata Penyepian.

Catur artinya empat, Brata merupakan ketahanan tubuh. Catur Brata diartikan empat pantangan untuk membuat umat manusia tetap kuat. Adapun pantangannya pertama, tidak boleh menyalakan api atau disebut amati geni.

“Tidak bisa menyalakan api secara fisik, tetapi dimaknakan bagaimana sifat amarah tidak meletup-letup. Itu yang dikekang dan dengan puasa kita tidak marah,” imbuhnya.

Halaman:

Editor: uki-Berau Post

Tags

Rekomendasi

Terkini

Ini Dia Delapan Aksi Konvergensi Tekan Stunting

Kamis, 25 April 2024 | 12:30 WIB

Dewan Negara Malaysia Kagum Perkembangan Krayan

Kamis, 25 April 2024 | 09:30 WIB

Gubernur Kaltara Sebut Arus Mudik-Balik Terkendali

Selasa, 23 April 2024 | 11:15 WIB

PLBN Sei Menggaris Segera Operasional

Sabtu, 20 April 2024 | 15:30 WIB

Pemkab Bulungan Beri Keringanan BPHTB

Sabtu, 20 April 2024 | 11:50 WIB
X