TARAKAN - Pemerintah Indonesia kini gencar menyuarakan cinta produk dalam negeri. Tujuannya bisa langsung menumbuhkan pendapatan bagi pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM).

“Sepatu, jam tangan, ikat pingggang, kacamata semua produk dalam negeri. Tujuannya menimbulkan semangat pelaku UMKM dan menambah pertumbuhan ekonomi,” ujar Deputi Bidang Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenko Marves), Odo Manuhutu usai menghadiri kegiatan Festival Karya Kreatif Benuanta (FKKB), Minggu (20/8).

Ia menyebut, Provinsi Kaltara berhasil mengumpulkan koefisien gini atau suatu metode penghitungan terkait distribusi pendapatan sebesar 0,27 persen. Capaian tersebut terbaik di Indonesia. Salah satu upayanya, meningkatkan pembelian produk dalam negeri, membantu perekonomian nasional dan menumbuhkembangkan berbagai  wirausaha.

“Harapannya membuat Indonesia makin kokoh, maju, sejahtera dan masyarakatnya juga memperoleh manfaat yang didorong oleh domestik,” harapnya.

Sementara itu, Direktur Jenderal Informasi dan Komunikasi Publik, Kementerian Komunikasi dan Informatika Usman Kansong menambahkan, salah satu tingkat kemajuan ekonomi suatu negara, salah satunya kampanye membeli produk dalam negeri. Di Indonesia, adanya konsumsi dalam negeri, tentunya akan mendorong pertumbuhan ekonomi.

“Pertumbuhan ekonomi kita juga didorong oleh APBN. Karena itu Gerakan Bangga Buatan Indonesia (GBBI) pertama-tama menyasar ke pemerintah, lembaga, kementerian dan BUMN. Dengan komitmen pemerintah, untuk membelanjakan produk dalam negeri. Ini sudah mendorong pertumbuhan ekonomi dan menghidupi UMKM kita,” tegasnya.

Ia menyebut, APBN untuk belanja produk dalam negeri ditarget Rp 1.000 triliun dan kini sudah mencapai Rp 760-an triliun. Artinya, sudah mencapai 76 persen, pemerintah belanja produk dalam negeri.

Menurutnya, jika pemerintah sudah menerapkan belanja produk dalam negeri, maka selanjutnya mengajak masyarakat. Tak hanya GBBI, pihaknya gencar melaksanakan program Gerakan Bangga Berwisata Indonesia (GBWI).

“Daripada kita berwisata keluar negeri, lebih baik kita membelanjakan uang ke dalam negeri. Membeli produk kuliner di lokasi wisata. Data dari Kemenko Marves, ada 90 persen penyerapan tenaga kerja sangat tinggi dari UMKM. Makanya kita harus fasilitasi UMKM harus naik kelas,” ungkapnya.

Gubernur Kaltara Zainal Arifin Paliwang menegaskan, pelaku UMKM di Kaltara sudah antusias membuat produk unggulan. Kurun waktu tiga bulan terakhir, transaksi UMKM di Kaltara mencapai Rp 69,6 miliar. Ia juga mengaku, masih menggunakan produk dalam negeri.

“Mudahan transaksi UMKM akan terus berlanjut. Saat pandemi Covid-19, yang membantu pertumbuhan ekonomi di Kaltara dari UMKM. Siapa lagi kalau bukan kita yang bisa membanggakan produk dalam negeri,” singkatnya.

Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPwBI) Kaltara Wahyu Indra Sukma mengatakan, sudah membuat program untuk mengembangkan pelaku UMKM. Yakni korporatisasi atau proses pengubahan dan restrukturisasi dari aset negara menjadi korporasi atau badan usaha, peningkatan kapasitas dan pembiayaan.

Jika sudah terpenuhi, maka pelaku UMKM mampu berdaya saing. “Ada juga perluasan pasar dengan penggunaan teknologi digital. Transaksi UMKM juga pakai QRIS (Quick Response Code Indonesian Standard). Sehingga lebih mudah mengelola keuangan dan transparan. Kredit usaha rakyat (KUR) kami kerja sama dengan perbankan. Jadi pelaku UMKM yang sudah layak bisa mendapat KUR,” katanya.(sas/uno)