Warga di kawasan jatuhnya pesawat TNI-AU biasa melihat pesawat militer berlatih di sana dan menjadikannya tontonan. Kolonel Penerbang Subhan, salah seorang korban, baru seminggu lalu memimpin misi antar bantuan ke Gaza lewat Mesir.
FANDI A.-FUAD A., Kab Pasuruan, Syahrul Y., Jakarta
PERJALANANpanjang harus ditempuh Kolonel Penerbang Subhan untuk membawa puluhan ton bantuan itu. Dari Bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta, menuju Pangkalan Udara El Arish, Mesir.
Dilepas Presiden Joko Widodo pada Sabtu awal bulan ini (4/11), bantuan itu ditujukan untuk warga Palestina di Jalur Gaza yang tengah dibombardir Israel. Subhan bertugas sebagai komandan misi tersebut.
Setiba di Mesir, satu-satunya akses untuk menyalurkan bantuan ke Gaza, Subhan bersama 44 prajurit lain disambut langsung oleh Duta Besar Indonesia untuk Mesir Lutfi Rauf. Setelah memastikan bantuan kemanusiaan tersebut diterima, Subhan memimpin kepulangan rombongan dan sampai dengan selamat di Jakarta pada Rabu (8/11).
Rupanya, itu menjadi misi kemanusiaan terakhir yang dijalani Komandan Wing 2 Lanud TNI-AU Abdulrachman Saleh tersebut. Kamis (16/11) lalu, seminggu setelah kepulangan ke tanah air, alumnus Akademi Angkatan Udara Angkatan 1998 itu berpulang ke keabadian.
Terbang bersama Mayor Penerbang Yuda A. Seta yang memiloti Super Tucano TT-3103, Subhan dipastikan meninggal seiring jatuhnya pesawat TNI-AU di Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur. Begitu pula dengan Yuda.
“Dua jenazah sudah ditemukan. Yakni, almarhum Mayor Penerbang Yuda Seta dan Kolonel Penerbang Subhan,” kata Kadispenau Marsekal Pertama TNI R. Agung Sasongkojati dalam keterangan resmi.
Subhan menjadi komandan Wing 2 Lanud TNI-AU Abdulrachman Saleh menggantikan Kolonel Penerbang Erwin Sugiandi. Sebelumnya, dia bertugas sebagai perwira menengah Sopsau.
Perwira menengah dengan tiga kembang di pundak itu sudah tuntas menjalani pendidikan Sesko TNI. Dia juga tercatat sebagai penerbang C-130 Hercules Skadron Udara 32 Wing 2 Lanud TNI-AU Abdulrachman Saleh.
Sebelum kecelakaan yang menimpa Subhan dan para kolega, warga sebenarnya sempat terhibur saat empat pesawat melintas di langit Kecamatan Puspo, Kabupaten Pasuruan. Apalagi, langit tak terlalu mendung. Sinar matahari masih terlihat, bahkan kabut juga tidak ada.
“Saya di depan rumah menyaksikan empat pesawat itu,” ujar Mistari, warga Desa Keduwung, Puspo.
Empat pesawat milik TNI-AU, kata Mistari, terbang berjejer dari utara. Saat itu pesawat nomor 2 dari sebelah barat mundur. Selang beberapa menit, pesawat nomor 2 sebelah timur terlihat miring.
Sampai kemudian warga mendengar suara ledakan. Mistari mengaku mendengar dua kali ledakan. Mereka pun langsung keluar rumah untuk memastikan. Ternyata benar. Pesawat yang sebelumnya menjadi tontonan malah terjatuh. Karena itu pula, kabar kecelakaan tersebut menyebar dengan cepat.
Abdul Hamid, warga Desa Puspo, membenarkan bahwa sejak pagi langit sangat cerah di Puspo. Sampai siang, Puspo yang berada di dataran tinggi belum diselimuti kabut.
Hamid mengatakan, pesawat juga melintas di desanya yang berjarak sekitar 10 kilometer dari Desa Keduwung. Itu pemandangan biasa di kawasan tempat dia tinggal.
“Pesawat-pesawat milik TNI memang sering latihan di sini (Puspo) dan ini menjadi hiburan bagi warga,” katanya. (*/zen/fun/han/c7/ttg/jpg/uno)